Sering manusia ingin berjalan
sendiri menurut keinginan-keinginannya. Namun ada banyak rintangan yang membuat
manusia jatuh ke dalam godaan dan dosa.
Ada seorang bapak yang menurut
istrinya sangat baik hati. Setiap kali istrinya melakukan suatu kesalahan ia
selalu memakluminya. Setelah memberi nasihat sekedarnya, bapak itu memaafkan
istrinya. Situasi seperti itu memberikan suatu semangat dalam hidup
berkeluarga. Sang istri merasa hidup ini menjadi lebih bermakna. Ia dapat
melayani kebutuhan-kebutuhan hidup bersama dengan baik.
Suatu ketika, sang suami melakukan
kesalahan yang berat. Ia tertangkap tangan sedang menjual narkoba. Ia mesti
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ia ditahan pihak berwajib. Ia pun kemudian
diadili atas perbuatannya itu. Hukuman yang mesti dijalani oleh sang suami
sangat berat, yaitu 15 tahun penjara.
Bagi sang istri, situasi seperti itu
membuat ia patah semangat. Ia mesti membesarkan anak sematang wayangnya
sendirian sementara suaminya mesti mendekam di penjara. Ia mesti memulai hidup
tanpa sang suami yang sangat dicintainya itu.
”Bagaimana saya bisa menjalani hidup
ini tanpa suami saya? Dialah yang selalu membesarkan hati saya setiap kali saya
jatuh ke dalam dosa. Apa yang akan terjadi ketika saya jatuh ke dalam dosa?
Siapa yang akan membesarkan hati saya? Siapa yang akan memaafkan saya?” kata
sang istri.
Istri itu terus-menerus dihantui
oleh situasi tersebut. Namun ia mesti bangkit. Ia mesti memulai hidup baru
tanpa sang suami di sisinya setiap hari. Ia masih punya tanggung jawab atas
anak yang dilahirkannya. Karena itu, ia pun bangkit. Dengan kemampuan yang
dimilikinya, ia berjuang untuk mengatasi persoalan-persoalan hidupnya. Ia
membesarkan dan membahagiakan anaknya.
Sahabat, manusia semestinya tidak
terlalu larut dalam kesedihan. Orang boleh saja mengalami penderitaan dalam
hidup. Tetapi orang mesti punya keyakinan bahwa masih ada secercah cahaya yang
mampu membangkitkan dirinya dari keterpurukan. Cahaya itu adalah iman kepada
Tuhan. Ketika orang mampu menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan, orang akan
mampu bangkit. Orang tidak begitu saja terpuruk dan mati dalam penderitaannya.
Kisah di atas mengajak kita untuk
tetap bertahan dalam penderitaan. Kita mesti bangkit. Kita mesti mencari
cara-cara terbaik untuk mengatasi persoalan-persoalan hidup kita.
Soalnya adalah mampukah kita
mengandalkan Tuhan dalam hidup kita? Bukankah ada orang yang kurang percaya
bahwa Tuhan mampu memberi pertolongan bagi dirinya? Bukankah ada orang yang
menempatkan Tuhan sebagai pemain cadangan dalam hidupnya? Banyak orang mau
datang kepada Tuhan hanya ketika mereka membutuhkan-Nya. Padahal Tuhan selalu
siap untuk membantu manusia kapan dan di mana saja.
Karena itu, yang dibutuhkan dari
hidup manusia adalah sikap penyerahan hidup yang total kepada Tuhan. Artinya,
orang mengandalkan Tuhan sebagai satu-satunya penolong dalam hidupnya. Orang
mengandalkan Tuhan sebagai satu-satunya penyelamat dalam hidup ini.
Mari kita serahkan seluruh hidup
kita ke dalam kuasa Tuhan. Dengan demikian, kita dapat semakin percaya bahwa
Tuhan sungguh penolong kita. Tuhan memberkati. **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar