Apa yang terjadi ketika Anda
mendapatkan sesuatu dengan tidak jujur? Saya yakin, hati Anda akan terasa tidak
tenang. Anda akan merasa galau. Hati Anda terasa dag dig dug, seolah-olah ada
orang yang sedang menyelidiki Anda.
Beberapa waktu lalu, masyarakat
Jakarta dihebohkan oleh tertangkapnya dua orang pengemis dengan penghasilan Rp
25 juta selama 15 hari mengemis. Kedok Walang (54) dan Sa'aran (60), sebagai
pengemis, akhirnya terbongkar setelah Dinas Sosial Jakarta Selatan mengamankan
keduanya. Petugas mendapati Rp 25 juta di dalam gerobak yang menjadi alat
'operasi' Walang di bawah Tugu Pancoran.
Cara kerja Walang adalah ia
pura-pura mendorong gerobak berisi rekannya yang sakit. Ia mengais belas kasih
dari warga Jakarta yang lewat di depan gerobaknya. Menurut seorang petugas
Dinas Sosial, Walang yang merupakan aktor intelektualnya, mengemis dengan mendorong
gerobak. Sedangkan Sa'aran berada di gerobak dan mengaku sakit.
Rupanya, terungkapnya akal bulus
Walang ini bukan pertama kali terjadi. Pihak Dinas Sosial Jakarta Selatan
mendapati beberapa fakta bahwa mereka berpura-pura mengiba untuk meminta uang
kepada masyarakat. Beberapa kisah pengungkapan yang dilakukan para petugas
Dinas Sosial Jakarta Selatan dalam melakukan operasi kepada para gelandangan
dan pengemis yang biasa mangkal di jalanan. Mereka kemudian dimasukkan ke panti
sosial.
Sahabat, inilah sejumlah kondisi
bangsa ini yang mengenaskan. Orang berpura-pura menjadi orang meskin. Banyak
dari anggota masyarakat kita yang hidup dengan enak dan gampang. Mereka tidak
mau bekerja keras untuk meraih sukses dalam hidup ini. Lebih baik menjual kemiskinan
demi meraup duit yang banyak dalam waktu singkat.
Tentu saja hal ini tidak adil
terhadap begitu banyak orang yang mesti berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka. Saya masih ingat tahun 1990-an sejumlah ibu tua yang jam tiga
pagi sudah bergegas dari Pakem, Jogjakarta, menuju Pasar Bringharjo,
Jogjakarta. Setiap hari mereka lakukan ini dengan menaiki sepeda yang memuat
barang-barang yang akan mereka jual di pasar.
Luar biasa, suatu perjuangan tanpa
kenal lelah bagi kelangsungan hidup keluarga mereka. Tanpa kenal lelah mereka
bekerja. Mereka bahkan tidak memikirkan derita yang menimpa mereka.
Sebagai orang beriman, tentu kita
prihatin terhadap mentalitas banyak anggota masyarakat yang mengemis untuk
kelangsungan kehidupan mereka. Bukankah manusia diciptakan sebagai makhluk yang
bekerja dengan tenaga yang ada dalam dirinya? Bukankah hakekat manusia adalah
makhluk yang mesti menggunakan kemampuan dirinya untuk mencari nafkah?
Karena itu, ketika kemalasan
menguasai diri akan terjadi ketimpangan dalam hidup manusia. Manusia semestinya
mengaktualkan dirinya sebagai makhluk yang mencari nafkah, tidak dengan tipu
muslihat. Hanya dengan bekerja keras, orang dapat mengaktualkan diri sebagai
makhluk ciptaan Tuhan.
Sebagai orang beriman, kita ingin
menggunakan seluruh kemampuan kita untuk meraih sukses dalam hidup ini. Tentu
saja kita akan menyertakan Tuhan dalam setiap kegiatan baik kita. Mari kita
berusaha dengan tulus untuk meraih kesuksesan dalam hidup kita. Dengan
demikian, damai dan bahagia menjadi bagian dari hidup kita. Tuhan memberkati.
**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar