Ketika kerinduan yang begitu kuat
untuk mengalami damai dan kebahagiaan dalam hidup, apa yang akan Anda lakukan?
Anda membiarkannya berlalu begitu saja? Atau Anda berusaha untuk
mengaktualisasikan kerinduan Anda?
Dalam bukunya berjudul Sacred Quest,
Doug Banister bertanya, “Beranikah saya berharap bahwa saya memiliki
hubungan yang demikian dekatnya dengan Tuhan sehingga hati saya diisi dengan
visi baru, dan keagamaan kering saya menjadi sebuah pencarian dengan hasrat
yang kuat, serta penyembahan kepada Tuhan yang hidup?”
Dalam bagian lain buku itu, Doug
Banister melanjutkan pertanyaannya, “Dapatkah saya benar-benar bertemu Tuhan
dengan keakraban yang membuat saya tidak lagi menelusuri tempat-tempat
kecanduan saya? Dapatkah Tuhan benar-benar menyentuh kesepian hati saya? Apakah
ini sesuatu yang terlalu besar untuk diharapkan?”
Doug Banister sedang berada dalam
pencarian jati dirinya. Ia ingin menemukan dirinya berada di tengah-tengah
ciptaan Tuhan yang lain. Ia rindu untuk berjumpa dengan Tuhan dalam suasana
yang membahagiakan. Barangkali Doug Banister belum menemukan Tuhan dalam
pencariannya itu. Karena itu, ia tetap memupuk kerinduannya untuk berjumpa
dengan Tuhan dalam perjalanan hidupnya.
Sahabat, kiranya kerinduan Doug
Banister mewakili kerinduan setiap manusia yang hidup di dunia ini. Manusia
rindu untuk memiliki hidup yang damai dan bahagia. Manusia rindu untuk memiliki
hidup yang aman tenteram selamanya. Sayang, hanya Tuhan yang memberikan damai,
bahagia dan aman tenteram yang abadi.
Manusia tidak mampu menciptakannya
sendiri, karena manusia masih memiliki egoisme. Manusia masih memiliki kecenderungan
untuk membahagiakan dirinya sendiri. Sebaliknya, kebahagiaan yang sempurna
senantiasa terarah kepada sesama manusia. Kebahagiaan yang sempurna itu milik
Tuhan.
Orang beriman mesti memohon dari
Tuhan untuk memiliki kebahagiaan yang sempurna. “Jiwaku hancur karena
merindukan pelataran-pelataran Tuhan. Hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada
Tuhan yang hidup,” kata sang pemazmur (Maz 84:3). Mengapa kerinduannya
begitu kuat? Karena sang pemazmur itu yakin bahwa hanya Tuhan yang mampu
memberikan kebahagiaan yang sempurna itu. Manusia biasa tidak mampu memberikan
kebahagiaan yang sempurna.
Untuk itu, orang mesti selalu
berserah diri kepada Tuhan yang mahapengasih dan mahapenyayang. Dengan berserah
diri, orang mau mengungkapkan kerinduan yang mahadahsyat kepada Tuhan. Dengan
demikian, ia boleh merengkuh kebahagiaan yang sempurna yang datang dari Tuhan
itu.
Mari kita menciptakan hati yang
selalu rindu akan Tuhan. Dengan demikian, hidup ini menjadi suatu kesempatan
untuk berjumpa dengan Tuhan. Hidup ini menjadi kesempatan untuk membagikan
kebahagiaan kepada sesama yang kita jumpai. Tuhan memberkati. **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar