Senin, 15 Agustus 2016

Mengalami Tuhan dalam Hidup Sehari-hari.

Sering orang mengalami bahwa Tuhan jauh dari hidupnya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini bisa terjadi karena orang hanya mengandalkan dirinya sendiri. Tuhan hadir dalam kehidupan manusia.

Di suatu desa, hiduplah seorang petani dan anaknya. Ayah dan anak ini menanam padi untuk penghidupan mereka. Setelah mencangkul di musim kemarau yang panas, keduanya mulai menanam di musim hujan tiba. Maklum, kebun yang mereka miliki adala ladang yang hanya bisa ditanami di musim hujan.

Sang anak bekerja tanpa kenal lelah membantu ayahnya. Ia tidak peduli kedua telapak tangannya menjadi tebal. Butir-butir keringat yang ia cucurkan menjadi sumber rejeki bagi keluarganya. Setelah menanami ladang penuh dengan padi, keduanya mulai beristirahat. Mereka menunggu sampai masa penyiangan tiba. Mereka akan membersihkan rumput-rumput yang tumbuh di sela-sela padi.

Setelah masa penyiangan selesai, keduanya tetap bekerja dengan memberi pupuk pada batang-batang padi itu. Hingga suatu ketika keduanya menikmati hasil panen yang melimpah dari ladang mereka. Setelah beberapa hari padi-padi itu dipanen, sang anak berkata kepada ayahnya, “Ayah, beri saya waktu untuk istirahat. Saya mau pergi ke kota. Boleh kan sesekali saya menikmati hasil kerja kita?”

Ayahnya tersenyum mendengar permintaan anaknya. Ia mengerti itulah keinginan setiap pemuda. Mereka bekerja untuk mengumpulkan uang. Setelah itu mereka gunakan untuk berfoya-foya. Mereka butuh kesempatan untuk menikmati hidup. Tidak selamanya orang hanya bekerja dan bekerja.

Karena itu, ayahnya mengijinkan anaknya itu untuk meninggalkan desa menuju kota. Meski ia tahu bahwa anaknya akan seperti rusa masuk kota, ia tetap membiarkan anaknya pergi. Ia butuh pengalaman. Ia butuh kesempatan untuk mengisi hidupnya dengan pengalaman-pengalaman baru. Apa yang akan terjadi dengan dirinya, sang ayah yakin, anaknya akan mampu bertanggungjawab.

Sahabat, orang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik. Orang yang berani bergelut dengan pengalaman akan menemukan bahwa hidup ini memiliki aneka keindahan. Orang berani belajar dari pengalaman-pengalaman itu. Orang mengasah ketrampilan dirinya melalui pengalaman-pengalaman itu.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa orang akan menemukan pengalaman baru dalam hidupnya, ketika ia berani melangkahkan kakinya. Pengalaman itu mesti dijalani. Pengalaman tidak datang dengan sendirinya. Ketika pemuda itu berani meninggalkan desanya, ia boleh berharap akan mendapatkan berbagai pengalaman menarik. Pengalaman-pengalaman baru itu akan memperkaya dirinya dalam hidupnya sehari-hari.

Demikian halnya dengan pengalaman akan Tuhan. Kita percaya bahwa penyertaan Tuhan kita alami dalam kehidupan kita yang nyata. Mengapa? Karena Tuhan hadir dalam perjalanan hidup kita. Tuhan hadir dalam pengalaman hidup kita sehari-hari. Karena itu, orang beriman mesti berani mencari Tuhan dalam hidup sehari-hari.

Orang beriman mesti berusaha menemukan Tuhan dalam kehidupannya yang nyata. Lantas kalau sudah berjumpa dengan Tuhan, orang mesti berani bertanya tentang kehendak Tuhan bagi dirinya. Hanya dengan cara ini, orang mampu berjalan bersama Tuhan. Orang mampu mengenal kehendak Tuhan bagi hidupnya. Dengan demikian, orang menemukan sukacita dan damai dalam hidupnya. Tuhan memberkati **


Jangan Meratapi Kekurangan.

Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda menyadari bahwa Anda punya kelemahan dan kekurangan? Anda meratapinya? Atau Anda berusaha untuk belajar dari sesama untuk meningkatkan ketrampilan?

Ada dua ember yang sering dipakai petani untuk menyiram bawang putih di kebunnya. Ember yg satu bocor dan yang satunya utuh. Setiap hari petani itu menggunakan kedua ember itu untuk menyiram bawang putih. Ia mengambil air dari kolam yang ada di belakang rumahnya. Bawang-bawang putih tumbuh subur dan memberikan hasil yang sangat memuaskan bagi petani itu.

Namun suatu hari, ember yang bocor itu merasa tidak nyaman. Ia mengeluh, "Pak Tani, maaf ya. Selama menjadi ember, saya tidak maksimal dalam membantu bapak. Karena saya bocor dan sampai di kebun bawang putih, air untuk menyiram tinggal separuh saja."

Pak Tani berkata, "Saudara ember bocor, Anda tidak perlu bersedih. Lihat bunga-bunga di pot di pinggiran kolam itu. Subur khan? Itu karena setiap kali saya ke kebun, tetesan-tetesan bocormu itu menyirami bunga. Terima kasih!"

Ember bocor itu pun makin percaya diri. Ia membiarkan dirinya dipakai oleh petani itu setiap hari. Bunga-bunga tumbuh subur dan memberi keindahan selama ember bocor itu digunakan oleh Pak Tani.

Sahabat, banyak orang merasa minder oleh kehadiran mereka yang dirasa kurang memberi makna bagi kehidupan bersama. Mengapa? Karena mereka punya kelemahan-kelemahan. Mereka punya kekurangan-kekurangan yang membuat diri mereka terasa kurang.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa sebenarnya kita semua memiliki kekurangan-kekurangan dalam kehidupan ini. Namun kekurangan itu jangan membuat kita cemas. Kita tidak perlu merasa sedih dengan kekurangan yang ada pada diri kita. Kekurangan-kekurangan mesti membantu kita untuk membuka diri bagi bantuan orang lain.

Orang yang rendah hati akan menerima kekurangan sebagai kekuatan untuk maju dalam hidup ini. Karena itu, orang mesti berusaha untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya. Dengan menemukan kekurangan-kekurangan itu, orang bisa menggunakannya untuk memperbaiki hidup ini.

Kelemahan atau kekurangan yang ada pada diri menjadi kesempatan bagi kita untuk belajar sesuatu yang baru. Kita dapat belajar dari sesama kita yang memiliki kemampuan di bidang yang kita sendiri lemah. Misalnya, seseorang yang pandai dalam bidang matematika bias mengajar kita yang tidak mampu dalam bidang ini. Dengan demikian, kita bisa meningkatkan kemampuan kita.

Dengan belajar dari orang lain, kita meningkatkan ketrampilan-ketrampilan kita. Kita mengasah kemampuan-kemampuan kita menjadi semakain baik hari demi hari. Sayang, banyak orang lebih sering meratapi kekurangan dan kelemahan dirinya. Semestinya orang tidak perlu berlarut-larut dalam kesedihan karena kekurangan dan kelemahan dirinya. Mari kita berusaha meningkatkan ketrampilan kita dengan belajar dari sesama. Tuhan memberkati. **

Menghargai Kehadiran Sesama.

Sering orang kurang peduli terhadap hidup sesamanya. Orang merasa bahwa kehadiran sesamanya hanya untuk memenuhi keinginan dirinya.

Ada seorang suami yang suka menyakiti istrinya. Ia memukul istrinya. Ia pernah menempeleng istrinya dengan keras. Bahkan ia pernah menghukum istrinya dengan mengikat kedua tangan dan kakinya. Ia menuduh istrinya berselingkuh dengan lelaki lain. Padahal tuduhan itu kemudian tidak terbukti benar. Pernah ia menyiram istrinya dengan air panas. Persoalannya sangat sepele, yaitu istrinya lupa memberi makan anak-anak ayam peliharaannya.

Istrinya tampak tenang-tenang saja. Ia tidak bisa melawan. Ia hanya bisa pasrah meski penyiksaan demi penyiksaan mesti ia terima. Bibirnya tersenyum, tetapi hatinya menangis pedih perih. Dalam hati ia berdoa, agar suaminya meninggalkan kebiasaan menyiksa dirinya. Ia memohon kepada Tuhan agar Tuhan mengampuni kesalahan-kesalahan suaminya. Ia juga memohon agar suaminya berubah.

Namun suatu ketika sang istri mengalami sakit di dadanya akibat dari penyiksaan-penyiksaan itu. Ia juga mulai batuk-batuk setiap malam. Ia tidak mampu menahan penyiksaan-penyiksaan itu. Ia muntah darah. Tidak lama kemudian ia menutup matanya untuk selama-lamanya. Ia meninggalkan tiga orang anaknya yang sangat disayanginya. Sedangkan sang suami meratapi kepergian istrinya. Ia menyesal telah melakukan kekerasan terhadap istrinya.

Sahabat, penyesalan selalu datang terlambat. Setelah peristiwa tragis merenggut nyawa, orang baru sadar bahwa semestinya sudah sejak awal orang tidak melakukan kekerasan. Nasi sudah menjadi bubur. Nyawa yang hilang tidak mungkin dibangkitkan lagi.

Soalnya adalah mengapa orang berani menyakiti sesamanya, bahkan orang yang sangat dekat dengannya? Karena orang tidak menyadari bahwa sesamanya itu adalah bagian dari dirinya sendiri. Orang hanya mau menang sendiri. Orang merasa dirinya yang paling benar dan baik. Karena itu, orang boleh menyakiti sesamanya. Padahal tanpa alasan yang jelas pun orang tidak boleh menyakiti sesamanya. Orang punya hak untuk mendapatkan perlindungan dari sesamanya.

Karena itu, orang mesti sadar bahwa setiap kali menyakiti sesama, orang juga melukai dirinya sendiri. Kisah di atas menunjukkan hal ini. Ketika sang istri meninggal, sang suami yang menyiksa istrinya itu mengalami kehilangan. Ia mengalami kesepian dalam hidupnya. Penyesalannya tidak berguna.

Menyiksa sesama itu ibarat orang sedang menendang sebuah tembok. Orang tersebut merasakan sakit di kakinya. Mungkin kakinya terluka. Mungkin kakinya bengkak atau patah. Ia merasakan sendiri sakit itu. Ia melukai dirinya sendiri. Hatinya terluka begitu mendalam. Begitu pula orang yang menyakiti sesamanya, sebenarnya ia menyakiti dirinya sendiri.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk memberikan perhatian kepada sesama kita. Kita tidak boleh menyakiti sesama kita. Untuk itu, kita perlu hindari tindakan yang menyakiti sesama kita. Dengan demikian, sesama kita mengalami sukacita dalam hidupnya. Tuhan memberkati. **


Ampunilah maka Kita akan Sembuh.

Memiliki hati yang lemah lembut membantu orang untuk menemukan damai dan kebahagiaan dalam hidup. Namun sering orang menjadikan hatinya keras seperti batu. Akibatnya, orang sulit sekali mengalami damai dan bahagia.

Seorang gadis merasa kecewa luar biasa, ketika ia harus putus hubungan dengan seorang lelaki pujaannya. Sudah hampir sepuluh tahun membangun relasi, tetapi akhirnya harus mengakhirinya dengan kesedihan. Bukannya kebahagiaan yang diraih dalam hidup, tetapi justru derita batin yang mesti ia bawa terus-menerus dalam hidupnya.

Gadis itu tidak bisa memaafkan tindakan kekasihnya yang memilih gadis lain untuk menjalani hidup perkawinan. Baginya, perbuatan kekasihnya itu sangat menyakitkan hatinya. Ia tidak bisa serta merta mengampuninya.

Karena itu, ia menaruh dendam terhadap mantan kekasihnya itu. Ia memusuhi mantan kekasihnya itu. Ia tidak pernah mau menegurnya di saat berpapasan dengan mantan kekasihnya itu. Ia mendoakan agar mantan kekasihnya itu tidak bahagia dalam hidup perkawinannya. Bahkan kalau boleh, Tuhan memberi mantan kekasihnya itu celaka.

Hidup dalam situasi seperti itu ternyata tidak membahagiakan gadis itu. Bahkan ia merasa selalu dikejar-kejar oleh rasa dendam. Hatinya selalu tidak terasa tenang. Selalu saja ada sesuatu yang mengganggu dirinya. Lama-kelamaan ia pun mulai menyadari kondisi dirinya. Ia kemudian mendatangi seorang bijaksana. Ia meminta nasihat untuk melepaskan diri dari situasi seperti itu.

Orang bijaksana itu menganjurkan gadis itu untuk mengampuni mantan kekasihnya. Kalau ia mengampuni mantan kekasihnya itu, ia akan melepaskan diri dari belenggu kebencian yang sedang menerpa dirinya. Setelah gadis itu berusaha untuk mengampuni mantan kekasihnya, hidupnya menjadi lebih baik. Batinnya terasa damai dan bahagia.

Sahabat, orang yang keras hatinya akan memanen hal-hal yang tidak baik dalam hidupnya. Kekerasan hati hanya membuat orang hidup dalam kecemasan. Hati tidak tenang. Hati selalu dikejar-kejar oleh kondisi hati yang tidak baik itu. Karena itu, orang mesti membuang hati yang keras itu. Orang mesti menggantinya dengan hati yang lemah lembut.

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa hati orang yang keras membuat orang tidak bahagia dalam hidup ini. Orang merasa terancam oleh orang yang menyakiti hatinya. Gadis itu bisa lepas dari situasi hati yang sakit setelah berani mengampuni mantan kekasihnya. Mengampuni orang lain ternyata mengobati dirinya sendiri.

Gadis itu kemudian mengalami damai dan bahagia dalam hidupnya berkat pengampunan tulus dari dirinya bagi mantan kekasihnya itu. Meski kekasihnya tidak tahu tentang pengampunan itu, gadis itu telah mengalami damai dan bahagia. Pengampunan yang tulus itu telah menyelamatkan jiwanya.

Memang, tidak mudah mengampuni orang yang menyakiti hati kita. Namun mengampuni menjadi lebih baik, karena orang dilepaskan dari suasana kebencian dan dendam yang menguasai dirinya.

Orang beriman mesti memiliki hati yang lemah lembut. Hati yang mudah mengampuni sesama yang bersalah terhadap dirinya. Hati yang lemah lembut itu hati yang mampu mengubah suasana hidup. Orang menjadi lebih bahagia dan damai dalam hidupnya. Mengampuni menjadi kunci merebut kebahagiaan dalam hidup.

Mari kita terus-menerus menciptakan hati yang lemah lembut. Dengan demikian, kita dapat menemukan hidup yang damai dan bahagia. Tuhan memberkati. **

Kebenaran Masih Dibutuhkan dalam Hidup.

Kebenaran sering menjadi taruhan dalam hidup ini. Banyak orang menyelewengkan kebenaran, karena ingin hidup aman dan tenteram. Mereka mengabaikannya, karena ingin menikmati hidup yang penuh dengan ketidakjujuran.

Suatu hari seorang anak menceritakan sesuatu yang salah yang dilakukan oleh teman kelasnya. Menurutnya, temannya itu telah nyontek selama ulangan. Ia menceritakan hal itu kepada teman-temannya yang lain. Akibatnya, teman-temannya marah terhadap teman yang disangka nyontek itu.

Mereka mendatanginya. Mereka meminta, agar dia mengakui bahwa dia nyontek. Tidak mengerjakan ulangan dengan jujur. Anak itu membela diri. Soalnya adalah ia tidak melakukan hal itu. Ia sudah belajar dengan baik. Ia mengerjakan soal-soal ulangan dengan baik pula. Ia yakin, ia akan memperoleh hasil yang baik.

Mereka tidak bisa membuktikan bahwa teman mereka telah nyontek selama ulangan. Mereka tidak apa-apakan dia. Biasanya mereka akan memarahi teman mereka yang kedapatan nyontek waktu ulangan. Kali ini mereka tidak bisa buat apa-apa, karena mereka mendengar cerita dari teman yang lain.

Selidik punya selidik, ternyata teman mereka itu mengatakan suatu kebohongan. Ia ingin merusak nama baik temannya itu. Ia benci terhadap sesamanya itu. Karena itu, ia mengatakan yang tidak benar tentang dirinya. Akibatnya, anak yang berbohong itu kehilangan banyak teman. Ia tidak disukai karena telah menyebarkan berita bohong tentang teman kelasnya. Kebohongan itu ternyata tidak bertahan lama. Ia akan menguap seperti air di samudera yang luas. Hilang tanpa bekas.

Sahabat, mengapa kebohongan mudah digerus oleh zaman? Karena kebohongan tidak punya kekuatan. Kebohongan tidak punya bukti-bukti yang kuat untuk mempertahankan diri. Karena itu, kebohongan sering bertahan untuk waktu yang tidak lama. Cepat lenyap dari hadapan manusia. Nilai kebenarannya tidak ada, sehingga tidak punya kekuatan apa-apa.

Sedangkan kebenaran itu penuh kekuatan. Kebenaran itu kuat seperti angin yang memporakporandakan. Kebenaran mampu menghancurkan tipu muslihat, karena kekuatannya yang dahsyat itu. Ketika orang menceritakan kebohongan, orang kehilangan hubungan dengan kekuatan yaitu kebenaran.

Memang, orang yang selalu berpegang teguh pada kebenaran selalu mengalami godaan-godaan. Bahkan orang seperti ini dipandang sebagai ancaman bagi orang yang hidupnya dipenuhi dengan kebohongan. Namun orang yang mengandalkan kebenaran mesti bertahan. Tidak boleh menyerah. Tidak boleh tergoda untuk mengikuti jalan orang yang suka berbohong. Orang seperti ini tidak boleh larut dalam tipu muslihat kebohongan.

Sebagai orang beriman, kita mesti senantiasa mengandalkan kebenaran dalam hidup ini. Orang yang berpegang pada kebenaran selalu memperjuangkan kebaikan bersama. Sedangkan orang yang mengandalkan kebohongan hanya memperjuangkan kepentingan dirinya sendiri. Yang penting dirinya senang dan orang lain mengalami susah dan derita.

Mari kita terus-menerus memperjuangkan kebenaran dalam hidup ini. Dengan demikian, kita berkenan kepada Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati. **